POTENSI PARIWISATA DAN KEBUDAYAAN PADANG
Oleh :
Fadhlan Rizky / 1101624
Dosen
Pembimbing:
H. Aldri
Frinaldi, S.H., M.Hum
19700212
199802 1 001
Kelas SIM :
Rabu 13.20
A.
Museum
Adityawarman
Berada pada Jl.
Diponegoro, kurang lebih l Km dari pusat kota. ArsitekturMuseum ini berbentuk
bangunan khas Rumah Gadang Minangkabau dan taman yang cukup luas lagi asri.
Berbgai koleksi bersejarah, pakaian pengantin Minangkabau, patung, dan bermacam
kerajinan tangan tersedia di museum ini. Miniatur
Pedati dan Bendi serta pesawat peninggalan PD II melengkapi pula keasrian taman
museum tersebut. Waktu kunjung setiap hari dari jam 08.00 – l6.00. kecuali hari
Senin tutup.
B.
Klenteng
Dibangun pada
tahun 1897. sebelumnya adalah Kelenteng Hoet Tjo. Kelenteng ini merupakan
tempat sembahyang Tri Dharma. Bangunan induk kelenteng terbagi dalam tiga
ruang, yaitu ruang utama berada di tengah dan ruang semedi (meditasi) berada di
sisi kanan serta ruang perkantoran di sisi kiri
C.
Masjid Raya
Gantiang
Awal
pembangunan Mesjid Kampung Gantiang ini dimulai tahun 1805 berupa suatu
bangunan surau kayu diatas tanah suku Chaniago Kampuang Gantiang berlantaikan
kayu dengan dinding berplester tanah. Ukuran yang dibangun adalah 30 x 30 m.
Konstruksi atapnya berundak-undak/bertingkat mirip atas Masjid di Pulau Jawa.
Ada 3 tokoh Kampung gantiang dari suku Chaniago yang merencanakan pembangunan
Masjid Raya Ganting. Ketiga tokoh tersebut adalah:
Angku Gapuak
Angku Syech H. Uma
Angku Syech Kapalo Koto
Pada tahun 1833 terjadi gempa bumi di Padang dan menimbulkan gelombang tsunami yang merambah sebagian besar Kota Padang. Masjid Raya Ganting termasuk bangunan yang selamat dari hantaman gelombang tsunami. Namun lantai batu Masjid terpaksa diganti dengan lantai campuran kapur kulit kerang dan batu apung.
Pada tahun 1910, Belanda mendirikan pabrik semen di Indarung Padang. Untuk memproduksi semen kepelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur). Belanda membuka jalan batu melewati tanah ulayat Masjid Raya Ganting, hampir sepertiga dari tanah luas wakaf untuk Masjid Raya terpaksa digunakan untuk jalan. Sebagai kompensasi atas tanah tersebut Belanda membantu bagian depan dari Masjid mirip benteng yang disiapkan oleh zeni bangunan Militer Belanda. Sementara bangunan lantai diganti dengan pemasangan ubin lantai yang dipesan kepada NV. YACOBSON VAN DE BERG & CO di Belanda beserta tukang untuk memasangnya.
Sementara itu, etnis Cina dibawah komando Kapten Lo Chian Ko (Kapten 10) ikut mengerahkan tukang-tukang Cina untuk mengerjakan kubah yang dibuat persegi delapan mirip bangunan atap Vihara Cina. Begitu juga Mihrab tempat Imam memimpin shalat dan menyampaikan khutbahnya juga dibuat ukiran kayu mirip ukiran Cina. Dibagian tengah Masjid juga dibangun sebuah panggung segi empat dari kayu ukuran 4 yarm dan diberi ukiran Cina, tempat ini digunakan oleh bilal untuk mengulang aba-aba imam sewaktu shalat berlangsung. Waktu itu pengeras suara dan listrik belum dikenal. Hanya sayang kedua bangunan itu tahun1974 dibongkar oleh pengurus mesjid yang bertugas saat itu.
BEBERAPA PERISTIWA PENTING MESJID RAYA GANTING
Gempa Tsunami di Padang tahun 1833
Ketika gempa tahun 1833 melanda Kota Padang dan menimbulkan Tsunami, Masjid Raya Ganting yang saat itu masih ebrupa bangunan sederhana selamat dari hantaman gelombang tsunami. Hanya saja lantai Masjid yang semula terbuat dari batu yang disusun diganti dengan campuran kapur yang diolah dari kulit kerang dan batu apung, sehingga lantainya relatif lebih datar dari pada susunan sebelumnya
Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau tahun 1803
Pada tahun 1803 ketika gerakan pembaharuan agama Islam dikembangkan oleh kaum Padri sebagai kaum ulama yang membawa perubahan agama Islam yang dibawa sebelumnya oleh aliran tarikat Satariyah yang dipelopori oleh Syech Burhanuddin Ulakan Pariaman.
Pada tahun 1918, berkumpullah seluruh ulama pembaharuan agama Islam di Minangkabau yang saat itu di Masjid Raya Ganting. Pertemuan itu untuk membahas langkah-langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan pemurnian ajaran agama Islam yang mana saat itu memang pemahaman agama Islam masih diwarnai oleh pemahaman mistik dan khufarat yang merupakan peninggalan agama Budha dan Hindu yang sebelumnya juga berkembang dikalangan masyarakat Minangkabau saat itu.
Embarkasi Haji Pertama di Sumatera Tengah
Dengan berfungsinya pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur) juga menjadikan Masjid Raya Ganting sebagai tempat pertama di Sumatera Tengah (saat itu) untuk embarkasi haji. Dari Masjid inilah diberangkatkan calon jemaah haji ke pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur) seterusnya naik kapal menuu Mekkah
Sekolah Thawalib Pertama di Padang tahun 1921
Pada tahun 1921, ketika Syech H. Karim Amarullah (Ayah Prof. Dr. Hamka) mendirikan sekolah Thawalib di Padang Panjang, maka beliau juga mendirikan sekolah yang sama didalam pekarangan Masjid Raya Ganting sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat Padang saat itu. Alumni dari sekolah ini mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) yang merupakan cikal bakal partai MASYUMI.
Pada tahun 1932, dilaksanakan Jambore Nasional Pertama Hizbul Wathan se-Indonesia di Masjid Raya Ganting saat itu.
Tempat Mengungsi Bung Karno
Ketika Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, saat itu Soekarno yang ditahan Belanda di Bengkulu diungsikan oleh Belanda ke Kota Cane (Aceh), namun ketika rombongan pasukan Belanda baru sampai di Painan, tentara jepang sudah sampai di Bukittinggi. Belanda merubah rencana semula dengan mengungsi ke Barus dan meninggalkan Bung Karno di Painan.
Selanjutnya oleh Hizbul Wathan yang bermarkas di Masjid Raya Ganting saat iru, Bung Karno dijemput ke Painan untuk dibawa ke Padang dengan menggunakan kendaraan pedati. Selama beberapa hari Soekarno menginap di rumah Pengurus Masjid Raya Ganting. Beberapa hari kemudian Bung Karno dibawa ke Padang. Jepang menemui Syech Abbas Abdullah, pimpinan Madrasah Darul Funuum El Abbasyi di Kabupaten 50 Kota untuk membahas dasar-dasar negara Indonesia sebagai langkah persiapan untuk kemerdekaan negara Indonesia.
Tempat Pembinaan Prajirut Gyugun – Hei Ho
Selama pendudukan tentara Jepang (1942 – 1945) di Sumatera Tengah (saat itu), Masjid Raya Ganting menjadi tempat pembinaan prajurit Gyugun dan Hei Ho, merupakan kesatuan tentara pribumu yang dibentuk Jepang dan membantu tentara Jepang
Kunjungan Beberapa Pejabat Tinggi Negara dan dari Negara Sahabat
Semenjak tahun 1950, Masjid Raya Ganting semakin ramai saja dikunjungi oleh orang-orang besar/pejabat negara baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tercatat dari bebrapa pejabat negara yang pernah berkunjung ke Masjid Raya Ganting antara lain: Wakil Presiden RI Dr. Moehammad Hatta, Wakil Presiden RI Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ketua DPR RI K.H Achmad Syaichu, Ketua DPR/MPR Jendral Abdul Nasution, dan beberapa mentri Kabinet kita.
Dari negara sahabat pernah pula berkunjung ke Masjid Raya Ganting antara lain: Sekretaris Negara Malaysia, dari Saudi Arabia, Mesir dan negara sahabat lainnya juga pernah berkunjung ke Masjid Raya Ganting
Angku Gapuak
Angku Syech H. Uma
Angku Syech Kapalo Koto
Pada tahun 1833 terjadi gempa bumi di Padang dan menimbulkan gelombang tsunami yang merambah sebagian besar Kota Padang. Masjid Raya Ganting termasuk bangunan yang selamat dari hantaman gelombang tsunami. Namun lantai batu Masjid terpaksa diganti dengan lantai campuran kapur kulit kerang dan batu apung.
Pada tahun 1910, Belanda mendirikan pabrik semen di Indarung Padang. Untuk memproduksi semen kepelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur). Belanda membuka jalan batu melewati tanah ulayat Masjid Raya Ganting, hampir sepertiga dari tanah luas wakaf untuk Masjid Raya terpaksa digunakan untuk jalan. Sebagai kompensasi atas tanah tersebut Belanda membantu bagian depan dari Masjid mirip benteng yang disiapkan oleh zeni bangunan Militer Belanda. Sementara bangunan lantai diganti dengan pemasangan ubin lantai yang dipesan kepada NV. YACOBSON VAN DE BERG & CO di Belanda beserta tukang untuk memasangnya.
Sementara itu, etnis Cina dibawah komando Kapten Lo Chian Ko (Kapten 10) ikut mengerahkan tukang-tukang Cina untuk mengerjakan kubah yang dibuat persegi delapan mirip bangunan atap Vihara Cina. Begitu juga Mihrab tempat Imam memimpin shalat dan menyampaikan khutbahnya juga dibuat ukiran kayu mirip ukiran Cina. Dibagian tengah Masjid juga dibangun sebuah panggung segi empat dari kayu ukuran 4 yarm dan diberi ukiran Cina, tempat ini digunakan oleh bilal untuk mengulang aba-aba imam sewaktu shalat berlangsung. Waktu itu pengeras suara dan listrik belum dikenal. Hanya sayang kedua bangunan itu tahun1974 dibongkar oleh pengurus mesjid yang bertugas saat itu.
BEBERAPA PERISTIWA PENTING MESJID RAYA GANTING
Gempa Tsunami di Padang tahun 1833
Ketika gempa tahun 1833 melanda Kota Padang dan menimbulkan Tsunami, Masjid Raya Ganting yang saat itu masih ebrupa bangunan sederhana selamat dari hantaman gelombang tsunami. Hanya saja lantai Masjid yang semula terbuat dari batu yang disusun diganti dengan campuran kapur yang diolah dari kulit kerang dan batu apung, sehingga lantainya relatif lebih datar dari pada susunan sebelumnya
Gerakan Pembaharuan Islam di Minangkabau tahun 1803
Pada tahun 1803 ketika gerakan pembaharuan agama Islam dikembangkan oleh kaum Padri sebagai kaum ulama yang membawa perubahan agama Islam yang dibawa sebelumnya oleh aliran tarikat Satariyah yang dipelopori oleh Syech Burhanuddin Ulakan Pariaman.
Pada tahun 1918, berkumpullah seluruh ulama pembaharuan agama Islam di Minangkabau yang saat itu di Masjid Raya Ganting. Pertemuan itu untuk membahas langkah-langkah yang akan ditempuh untuk melaksanakan pemurnian ajaran agama Islam yang mana saat itu memang pemahaman agama Islam masih diwarnai oleh pemahaman mistik dan khufarat yang merupakan peninggalan agama Budha dan Hindu yang sebelumnya juga berkembang dikalangan masyarakat Minangkabau saat itu.
Embarkasi Haji Pertama di Sumatera Tengah
Dengan berfungsinya pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur) juga menjadikan Masjid Raya Ganting sebagai tempat pertama di Sumatera Tengah (saat itu) untuk embarkasi haji. Dari Masjid inilah diberangkatkan calon jemaah haji ke pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur) seterusnya naik kapal menuu Mekkah
Sekolah Thawalib Pertama di Padang tahun 1921
Pada tahun 1921, ketika Syech H. Karim Amarullah (Ayah Prof. Dr. Hamka) mendirikan sekolah Thawalib di Padang Panjang, maka beliau juga mendirikan sekolah yang sama didalam pekarangan Masjid Raya Ganting sebagai sarana pendidikan agama bagi masyarakat Padang saat itu. Alumni dari sekolah ini mendirikan Persatuan Muslimin Indonesia (PERMI) yang merupakan cikal bakal partai MASYUMI.
Pada tahun 1932, dilaksanakan Jambore Nasional Pertama Hizbul Wathan se-Indonesia di Masjid Raya Ganting saat itu.
Tempat Mengungsi Bung Karno
Ketika Jepang masuk ke Indonesia tahun 1942, saat itu Soekarno yang ditahan Belanda di Bengkulu diungsikan oleh Belanda ke Kota Cane (Aceh), namun ketika rombongan pasukan Belanda baru sampai di Painan, tentara jepang sudah sampai di Bukittinggi. Belanda merubah rencana semula dengan mengungsi ke Barus dan meninggalkan Bung Karno di Painan.
Selanjutnya oleh Hizbul Wathan yang bermarkas di Masjid Raya Ganting saat iru, Bung Karno dijemput ke Painan untuk dibawa ke Padang dengan menggunakan kendaraan pedati. Selama beberapa hari Soekarno menginap di rumah Pengurus Masjid Raya Ganting. Beberapa hari kemudian Bung Karno dibawa ke Padang. Jepang menemui Syech Abbas Abdullah, pimpinan Madrasah Darul Funuum El Abbasyi di Kabupaten 50 Kota untuk membahas dasar-dasar negara Indonesia sebagai langkah persiapan untuk kemerdekaan negara Indonesia.
Tempat Pembinaan Prajirut Gyugun – Hei Ho
Selama pendudukan tentara Jepang (1942 – 1945) di Sumatera Tengah (saat itu), Masjid Raya Ganting menjadi tempat pembinaan prajurit Gyugun dan Hei Ho, merupakan kesatuan tentara pribumu yang dibentuk Jepang dan membantu tentara Jepang
Kunjungan Beberapa Pejabat Tinggi Negara dan dari Negara Sahabat
Semenjak tahun 1950, Masjid Raya Ganting semakin ramai saja dikunjungi oleh orang-orang besar/pejabat negara baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Tercatat dari bebrapa pejabat negara yang pernah berkunjung ke Masjid Raya Ganting antara lain: Wakil Presiden RI Dr. Moehammad Hatta, Wakil Presiden RI Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Ketua DPR RI K.H Achmad Syaichu, Ketua DPR/MPR Jendral Abdul Nasution, dan beberapa mentri Kabinet kita.
Dari negara sahabat pernah pula berkunjung ke Masjid Raya Ganting antara lain: Sekretaris Negara Malaysia, dari Saudi Arabia, Mesir dan negara sahabat lainnya juga pernah berkunjung ke Masjid Raya Ganting
D.
Pulau
Bindalang
Pulau
Bindalang berjarak kira-kira 16 Km dari Pelabuhan Muaro. Pulau Bindalang
merupakan salah satu pulau yang termasuk kedalam TWL Pulau Pieh yang didalamnya
termasuk juga Pulau Air, Pulau Sibunta, Pulau Toran dan Pulau Pandan. Untuk
mencapai Pulau Bindalang dibutuhkan waktu 25 menit dengan kapal bermotor dari
Pelabuhan Muaro. Pulau ini memiliki ketinggian 1-2 meter dari permukaan laut.
Perairan Pulau ini sangat jernih, berombak kecil di sebelah timur dan banyak
terdapat terumbu karang antara lain jenis Acropora, Pocciliciopra dan
lain-lain. Seperti pulau-pulau kecil lainnya pulau ini tidak dihuni secara
tetap, sebagai daerah persinggahan bagi nelayan. Kondisi perairan seperti ini
dapat dilakukan kegiatan wisata bahari antara lain: panorama alam, petualangan,
berlayar, berenang, menyelam, memancing, camping, dan penelitian.
E.
Pulau Pisang
Gadang
Pulau ini
berdekatan dengan Pulau Pisang Ketek, memiliki jarak kira-kira 2,5 km dari
Pantai Aie Manih. Pulau ini dulunya merupakan pulau persinggahan kapal-kapal
Belanda apabila ombak besar. Di pulau ini dahulunya terdapat banyak kuburan
para tentara Belanda. Pulau Pisang Gadang memiliki daya tarik tersendiri yaitu
mempunyai hasil hutan seperti pisang kelapa dan cengkeh. Untuk mencapai pulau
ini memerlukan waktu 20 menit dari Pelabuhan Muaro dengan menggunakan mesin 2 x
40 PK. Kegiatan yang sesuai dilakukan di wilayah ini antara lain: panorama
alam, petualangan, legenda, berlayar, berenang, surfing untuk para pemula dan
camping.
F.
Pulau Pisang
Ketek
Pulau ini
berdekatan dengan Pulau Pisang Ketek, memiliki jarak kira-kira 2,5 km dari
Pantai Aie Manih. Pulau ini dulunya merupakan pulau persinggahan kapal-kapal
Belanda apabila ombak besar. Di pulau ini dahulunya terdapat banyak kuburan
para tentara Belanda. Pulau Pisang Gadang memiliki daya tarik tersendiri yaitu
mempunyai hasil hutan seperti pisang kelapa dan cengkeh. Untuk mencapai pulau
ini memerlukan waktu 20 menit dari Pelabuhan Muaro dengan menggunakan mesin 2 x
40 PK. Kegiatan yang sesuai dilakukan di wilayah ini antara lain: panorama
alam, petualangan, legenda, berlayar, berenang, surfing untuk para pemula dan
camping.
G.
Gunung Meru
Terletak di
Pinggir jalan Padang Painan dengan jarak 12 km dari pusat kota, disebelah kiri
terdapat bukit dan disebelah kanannya laut Teluk Bayur. Terdapatnya moyet-moyet
di pinggir jalan yang bergelantungan pada pohon-pohon dan duduk di batu
menunggu orang untuk memberi kacang. Bila orang ramai, moyet-moyet tersebut
juga ramai berdatangan. Pada umumnya pengunjung ramai menjelang sore hari.
Kawasan ini berada di sisi kiri jalan bila kita dari pusat kota, sebelah kanan dari kawasan adalah laut. KUalitas jalan menuju objek cukup Baik jalan aspal, dan dari lokasi ini dapat menuju objek wisata Pantai Nirwana, Pantai Caroline, Carlos, dan Pantai Sei Pisang. Untuk mendatangi lokasi ini dapat dengan kendaraan pribadi, bis wisata maupun angkutan kota, namun belum tersedia parkir yang memadai. Pada lokasi ini tersedia warung makan untuk menikmati suasana alam
Kawasan ini berada di sisi kiri jalan bila kita dari pusat kota, sebelah kanan dari kawasan adalah laut. KUalitas jalan menuju objek cukup Baik jalan aspal, dan dari lokasi ini dapat menuju objek wisata Pantai Nirwana, Pantai Caroline, Carlos, dan Pantai Sei Pisang. Untuk mendatangi lokasi ini dapat dengan kendaraan pribadi, bis wisata maupun angkutan kota, namun belum tersedia parkir yang memadai. Pada lokasi ini tersedia warung makan untuk menikmati suasana alam
H.
Air Terjun
Sarasah banyak Gariah
Objek wisata
ini juga terletak di Ulu Gadut, tepatnya di kaki Bukit Sarasah, Desa Koto Baru,
Kel. Limau Manis Selatan, Kec. Pauh. Air terjun ini mempunyai ketinggian + 60
meter. Dibanding dengan Air Terjun Sikayan Balumuik objek wisata ini paling
banyak pengunjungnya. Selain jaraknya relatif dekat yaitu 2 km dari LIK Gadut,
juga medannya tak begitu sulit untuk ditempuh. Perjalanan ke lokasi ini hanya
menempuh waktu + 40 menit. Dahulunya kolam air terjun ini banyak Ikan
Gariangnya, karena itu masyarakat sekitar Ulu Gadut menamakan Air Terjun
Sarasah Banyak Gariang.
Akses ke lokasi ini dapat ditempuh dengan menaiki Oplet Jurusan Padang/Pasar Raya-Ulu Gadut, atau dengan menaiki Taxi. Setelah sampai di LIK Gadut lanjutkan perjalanan dengan Oplet Kuning Jurusan Koto Baru.
Akses ke lokasi ini dapat ditempuh dengan menaiki Oplet Jurusan Padang/Pasar Raya-Ulu Gadut, atau dengan menaiki Taxi. Setelah sampai di LIK Gadut lanjutkan perjalanan dengan Oplet Kuning Jurusan Koto Baru.
I.
Pantai Air
Manis
Merupakan Salah satu
Potensi Wisata yang potensial dari daerah asal saya yaitu Kota Padang, pantai
Air manis kaya akan keindahan pantainya dan kaya juga akan sejarah legenda
Malin Kundangnya , konon kabarnya Malin kundang terdampar diPantai Air Manis
ini setelah dia dikutuk jadi batu oleh Ibunya, (hanya cerita rakyat) . tetapi
hal ini dapat menarik banyak pengunjung lokal maupun mancanegara, salah satu
kelemahan nya adalah belom dikelola dengan baik dan benar, serta jalan Akses ke
sini cukup sulit.








