Senin, 18 November 2013

LIBERALISME DAN HUBUNGANNYA DENGAN EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN


MAKALAH
EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN
Tentang
Liberalisme dan Hubungannya dengan Ekonomi Politik Pembangunan

Oleh :
Fadhlan Rizky / 1101624

Prodi Ilmu Administrasi Negara
Jurusan Ilmu Sosial Politik
Fakultas Ilmu Sosial
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2013



-------------------------------------------------------------------------------------------
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah swt yang telah memberikan rahmat dan karunianya hingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini. Shalawat dan salam juga penulis ucapkan kepada baginda Muhammad saw, semoga mendapat syafaat dari beliau kelak. Amin
            Makalah yang berjudul “Liberalisme dan Hubungannya dengan Ekonomi Politik Pembangunan” ini merupakan take home test pada mata kuliah Ekonomi Politik Pembangunan, yang di dalamnya terdapat pembahasan mengenai pengertian Liberalisme, Hubungannya dengan sistem ekonomi, dan dampaknya di Indonesia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritikan dan saran terhadap makalah ini, agar lebih baiknya makalah kedepannya.


Padang, November 2013


Penulis



 ------------------------------------------------------------------------------------------------------------

      A.    Pengertian Liberalisme
Liberalisme atau Liberal adalah sebuah ideologi, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama.
Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu. Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama.
Dalam masyarakat modern, liberalisme akan dapat tumbuh dalam sistem demokrasi, hal ini dikarenakan keduanya sama-sama mendasarkan kebebasan mayoritas.

      B.     Hubungan Liberalisme dengan Ekonomi
Ideologi Liberalisme berkembang juga kepada ilmu ekonomi dan menghasilkan sistem ekonomi liberal Kapitalis. Sistem ekonomi liberal kapitalis adalah sitem ekonomi yang aset-aset produktif dan faktor-faktor produksinya sebagian besar dimiliki oleh sektor individu/swasta. Sementara tujuan utama kegiatan produksi adalah menjual untuk memperoleh laba.
Sistem perekonomian/tata ekonomi liberal kapitalis merupakan sistem perekonomian yang memberikan kebebasan kepada setiap orang untuk melaksanakan kegiatan perekonomian seperti memproduksi barang, menjual barang, menyalurkan barang dan lain sebagainya.
Dalam perekonomian liberal kapitalis setiap warga dapat mengatur nasibnya sendiri sesuai dengan kemampuannya. Semua orang bebas bersaing dalam bisnis untuk memperoleh laba sebesar- besarnya dan bebas melakukan kompetisi untuk memenangkan persaingan bebas.
Ciri-ciri dari sistem ekonomi liberal kapitalis antara lain : 
a. Masyarakat diberi kebebasan dalam memiliki sumber-sumber produksi.
b. Pemerintah tidak ikut campur tangan secara langsung dalam kegiatan ekonomi.
c. Masyarakat terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan pemilik sumber daya produksi dan masyarakat pekerja (buruh).
d. Timbul persaingan dalam masyarakat, terutama dalam mencari keuntungan.
e. Kegiatan selalu mempertimbangkan keadaan pasar.
f. Pasar merupakan dasar setiap tindakan ekonom.
g. Biasanya barang-barang produksi yang dihasilkan bermutu tinggi.

Sistem ekonomi liberal kapitalis selain memilki keuntungan juga mempunyai kelemahan, antara lain :
a.    Keuntungan :
1). Menumbuhkan inisiatif dan kerasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi, karena masyarakat tidak perlu lagi menunggu perintah dari pemerintah.
2). Setiap individu bebas memiliki untuk sumber-sumber daya produksi, yang nantinya akan mendorong partisipasi masyarakat dalam perekonomian.
3). Timbul persaingan semangat untuk maju dari masyarakat.
4). Mengahsilkan barang-barang bermutu tinggi, karena adanya persaingan semangat antar masyarakat.
5). Efisiensi dan efektifitas tinggi, karena setiap tindakan ekonomi didasarkan motif mencari keuntungan.
b.    Kelemahan :
1). Terjadinya persaingan bebas yang tidak sehat.
2). Masyarakat yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin.
3). Banyak terjadinya monopoli masyarakat.
4). Banyak terjadinya gejolak dalam perekonomian karena kesalahan alokasi sumber daya oleh individu.
5). Pemerataan pendapatan sulit dilakukan, karena persaingan bebas tersebut.

      C.    Sejarah dan Perkembangan Sistem Ekonomi Liberalis
Sistem ekonomi liberal kapitalis lebih bersifat memberikan kebebasan kepada individu/swasta dalam menguasai sumber daya yang bermuara pada kepentingan masing-masing individu untuk mendapatkan keuntungan pribadi sebesar-besarnya. Hal tersebut tidak terlepas dari berkembangnya paham individualisme dan rasionalisme pada zaman kelahiran kembali kebudayaan Eropa (renaisance) pada sekitar abad pertengahan (abad ke-16). Yang dimaksud dengan kelahiran kembali kebudayaan Eropa adalah pertemuan kembali dengan filsafat Yunani yang dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan modern setelah berlangsungnya Perang Salib pada abad 12 – 15. Cepat diterimanya kebudayaan Yunani oleh ilmuwan Eropa tidak terlepas dari suasana masa itu, dimana Gereja mempunyai kekuasaan yang dominan sehingga berhak memutuskan sesuatu itu benar atau salah. Hal tersebut mendorong para ilmuwan untuk mencari alternatif diluar Gereja. Dalam hal ini filsafat Yunani yang mengajarkan bahwa rasio merupakan otoritas tertinggi dalam menentukan kebenaran, sangat cocok dengan kebutuhan ilmuwan Eropa waktu itu.
Pengaruh gerakan reformasi terus bergulir, sehingga mendorong munculnya gerakan pencerahan (enlightenment) yang mencakup pembaruan ilmu pengetahuan, termasuk perbaikan ekonomi yang dimulai sekitar abad 17-18. Salah satu hasilnya adalah masyarakat liberal kapitalis.
Namun gerakan pencerahan tersebut juga membawa dampak negatif. Munculnya semangat liberal kapitalis membawa dampak negatif yang mencapai puncaknya pada abad ke-19, antara lain eksploitasi buruh, dan penguasaan kekuatan ekonomi oleh individu. Kondisi ini yang mendorong dilakukannya koreksi lanjutan terhadap sistem politik dan ekonomi, misalnya pembagian kekuasaan, diberlakukannya undang-undang anti monopoli, dan hak buruh untuk mendapatkan tunjangan dan mendirikan serikat buruh.
a.    Sistem liberal kapitalis awal/klasik.
Sistem ekonomi liberal kapitalis klasik berlangsung sekitar abad ke-17 sampai menjelang abad ke-20, dimana individu/swasta mempunyai kebebasan penguasaan sumber daya maupun pengusaan ekonomi dengan tanpa adanya campur tangan pemerintah untuk mencapai kepentingan individu tersebut, sehingga mengakibatkan munculnya berbagai hal negatif diantaranya eksploitasi buruh dan penguasaan kekuatan ekonomi.
b.    Sistem liberal kapitalis modern.
Sistem ekonomi liberal kapitalis modern adalah sistem ekonomi liberal kapitalis yang telah disempurnakan. Beberapa unsur penyempurnaan yang paling mencolok adalah diterimanya peran pemerintah dalam pengelolaan perekonomian. Pentingnya peranan pemerintah dalam hal ini adalah sebagai pengawas jalannya perekonomian. Selain itu, kebebasan individu juga dibatasi melalui pemberlakuan berbagai peraturan, diantaranya undang-undang anti monopoli (Antitrust Law). Nasib pekerja juga sudah mulai diperhatikan dengan diberlakukannya peraturan-peraturan yang melindungi hak asasi buruh sebagai manusia. Serikat buruh juga diijinkan berdiri dan memperjuangkan nasib para pekerja. Dalam sistem liberal kapilalis modern tidak semua aset produktif boleh dimiliki individu terutama yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat banyak, pembatasannya dilakukan berdasarkan undang-undang atau peraturan-peraturan. Untuk menghindari perbedaan kepemilikan yang mencolok, maka diberlakukan pajak progresif misalnya pajak barang mewah.

      D.    Dampak Ekonomi Liberalis di Indonesia
Hingga saat ini, Indonesia masih harus mengimpor pangan. Mengimpor bahan-bahan untuk pemenuhan produk masyarakatnya sendiri. Sangat ironis, sebuah negara yang kaya raya akan sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia yang sangat besar menjadi negara yang terbelakang dan harus menggadaikan kedaulatannya dengan menunggu kebaikan dari tangan-tangan negara-negara lain.
Saat ini Indonesia harus mengalokasikan sekitar 5 miliar dollar AS atau setara dengan 50 triliun rupiah  biaya dari APBN untuk sekedar membiayai impor pemenuhan  kebutuhan  pangan dalam negeri. Menurut Kompas (24/08/09), ada lima komoditas pangan yang masih diimpor oleh pemerintah Indonesia saat ini; kedelai sekitar 595 juta dollar AS/ tahun (Rp 5,95 triliun); gandum 2,25 miliar dollar AS (Rp  22,5 triliun); gula 859,5 juta dollar AS (8,59 triliun); daging sapi 480 juta dollar AS (Rp 4,8 triliun); dan garam 90 juta dollar AS (Rp 900 miliar).
Menurut Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Prof.Dr.Ir. Muslim Salam M.Ec, ada 4 penyebab utama sehingga sebuah negara membuat kebijakan impor pangan; Pertama, produksi dalam negeri lebih mahal daripada produk luar negeri, artinya pemerintah cenderung memilih untuk mengimpor karena harga dari luar lebih murah. Kedua, ketersediaan pangan dalam negeri tidak mencukupi. Ketiga, pertimbangan politik, artinya meskipun sebuah negara sebenarnya sudah mencapai tahap swasembada tapi impor dibutuhkan untuk menjaga kontinuitas ketersediaan pangan. Keempat, kualitas pangan dalam negeri tidak sesuai dengan kebutuhan industri dan kontinutasnya.
Menurutnya, dalam melihat faktor kecenderungan pemerintah untuk tetap mempertahankan impor pangan, pemerintah belum fokus pada peningkatan kualitas pertanian.  Sehingga masalah pertanian di Indonesia masih tetap mandek dan pemerintah terus menerus mengimpor hasil pertanian. Masalah-masalah yang belum bisa dituntaskan oleh pemerintah dalam hal pertanian adalah ketidakmampuan pemerintah dalam mengimbangi pertambahan penduduk yang terus menerus meningkat tiap tahunnya. Sekitar 2% peningkatan penduduk tiap tahun di Indonesia. Sementara, disatu sisi lahan-lahan pertanian masih tetap stagnan.
Selain masalah teknis yang dihadapi Indonesia dalam bidang pertanian, masalah yang cukup prinsipil yang dihadapi Indonesia tidak lepas dari kondisi sistem ekonomi politik  kontemporer.  Dimana frame utama hubungan ekonomi antar negara adalah neoliberalisme atau globalisasi.
Dengan didirikannya WTO(World Tread Organitation) sebagai satu-satunya regulator perdagangan dunia, menjadikan negara-negara kapitalis bisa mendapatkan apa yang diinginkannya dari negara-negara miskin. WTO sebagai agen neoliberalisme memaksakan kebijakan-kebijakannya kepada pemerintah yang sangat berpihak pada pemilik modal atau negara-negara maju, seperti kebijakan anti proteksionisme, liberalisasi pasar dan pengurangan Subsidi pada produk-produk perekonomian lokal.
Dalam kasus pangan Indonesia,  negara yang dikenal sangat dekat dengan rezim kapitalisme global sejak zaman orde baru hingga saat ini, sudah menjalankan resep-resep yang didiktekan oleh rezim kapitalis tersebut. Rezim orde baru yang sangat pro pada pasar saat itu dalam kebijakan pertaniannya, terutama beras, menjadikan pertanian sebagai penyangga proses industrialisasi. Harus dicatat industrialisasi bukan berbasiskan pada sektor pertanian.
Pemerintah menggenjot produksi pertanian dengan berbagai macam cara. Hingga tahun 1984 Indonesia berhasil mencapai swasembada beras. Kebijakan produksi dan swasembada nyatanya tidak berbanding lurus dengan kesejahteraan petani Indonesia saat itu. Menurut Syaiful Bahari Wakil Direktur Eksekutif Sekretariat Bina Desa, swasembada beras tahun 1984 tidak berarti apa-apa bagi petani. Fakta yang diungkapkan dari hasil penelitian yang dilakukan Survei Agro Ekonomi (SAE) menunjukkan, justru di saat produksi beras mencapai titik puncak, jumlah petani kecil kian meningkat. Dari 50,99 persen menurut Sensus Pertanian 1983 menjadi 51,63 persen tahun 1993. Berdasarkan sensus tahun 2003 terjadi peningkatan 2,6 persen per tahun. Hasil penelitian di tingkat mikro, di beberapa desa memperjelas keterkaitan antara kepemilikan lahan, tingkat kemiskinan, dan kerawanan pangan.
               Tahun 1995, sebagai anggota dari WTO,  Indonesia menandatangani sebuah perjanjian yang dikenal dengan AoA (Agreement on Agriculture) yang berisi tentang aturan-aturan peranan pemerintah dalam pertanian seperti liberalisasi pasar, privatisasi, dan pengurangan subsidi. Aturan ini menjadikan kondisi pertanian Indonesia semakin memburuk. Peranan pemerintah sedikit demi sedikit dalam bidang pertanian atau pengembangan pertanian semakin dikurangi.
               Pengurangan subsidi dan liberalisasi pasar dalam bidang pertanian secara otomatis akan melemahkan sektor pangan atau pertanian Indonesia. Akhirnya impor secara besar-besaran pun tidak bisa dihindari. Juga tentunya akan mempengaruhi kerja-kerja petani kecil dalam memproduksi pertanian mereka. Impor pangan yang besar oleh pemerintah akan mematikan sektor pertanian rakyat kecil sedikit demi sedikit. Apalagi biaya atau harga pangan impor itu relatif lebih murah dari produksi lokal sehingga produksi pertanian lokal tidak bisa bersaing.
               Produk lokal tidak bisa bersaing dengan kualitas dan harga yang berbeda, karena campur tangan pemerintah dalam pengembangan kualitas pertanian sangat minim. Ditambah lagi subsidi yang semakin dikurangi. Sekjen Dewan Jagung Nasional, Maxdeyul Sola, mengatakan,   dari sekitar 165 triliun kebutuhan subsidi nasional dana yang ada di Departemen Pertanian hanyalah sekitar kurang lebih 5%. Fakta ini juga diungkapkan oleh Muslim Salam, bahwa memang subsidi pemerintah semakin berkurang. 2008 lalu, subsidi pemerintah dalam bidang pertanian masih Rp 8,3 triliun rupiah dan kucuran dana dari perbankan hanya sekitar 5%. Menurutnya, itu tidak cukup untuk membangun sektor pertanian. Sekarang, 2010, biaya subsidi menurun. Pembangunan pertanian seharusnya pemerintah memberikan anggaran yang lebih pada sektor pertanian.
Sri mulyani sebagai Menteri Keuangan Kabinet Indonesi Bersatu Jilid II, mengakui hal itu, bahwa subsidi pertanian negara maju saat ini lebih besar dibandingkan dengan subsidi yang diberikan pemerintah kepada petani Indonesia. Sehingga menyulitkan Indonesia mengekspor hasil pertanian ke negara tersebut. Kalau dibandingkan dengan subsidi yang diberikan oleh pemerintah negara maju kepada sektor pertanian, dari World Bank menyebutkan bahwa subsidi negara maju pertahun sekitar US$ 368 miliar pertahun pada periode 2005 hingga 2007. Uni Eropa (US$ 151 miliar pertahun), AS (US$ 102 miliar pertahun), Jepang (US$ 40 miliar pertahun).
Solusi Kebijakan Pertanian Indonesia
Masalah-masalah yang terjadi di Indonesia dalam sektor pertanian, bukanlah karena persoalan teknis semata, infrastruktur, luas tanah, hingga kebijakan pupuk, benih dsb. Masalah yang mendasar terletak di kepala-kepala pengambil kebijakan yang dipenuhi oleh logika pasar. Kalaupun ada yang sadar, mereka juga tidak mampu melawan rezim kapitalisme global yang menggunakan organisasi-organisasi Internasional, IMF, World Bank dan WTO sebagai pusat kendalinya. Persoalan teknis yang terjadi karena paradigma kebijakan pemerintah yang memang bermasalah. Artinya, untuk memperbaiki kondisi pertanian maka terlebih dahulu yang harus ditangani adalah paradigma pengambil kebijakan di negara kita.  Indonesia mesti melakukan pembenahan atas kebijakan pertanian di Indonesia sebelum petani dan masyarakat Indonesia betul-betul mati kekurangan pangan.
Sebagai warga negara yang sadar akan hal ini kita juga mesti mendorong pemerintah untuk melakukan kebijakan yang anti pada kebijakan-kebijakan negara-negara maju dan lembaga-lembaganya, IMF,WTO, World Bank, yang sangat tidak adil dalam melakukan hubungan dagang dengan negara-negara berkembang bahkan bisa dibilang kejam. Janji-janji manis dari lembaga yang memimpin Liberalisasi ekonomi tersebut hanyalah sebuah pertolongan palsu yang diberikan, yang nyatanya malah membuat negara-negara berkembang makin terpuruk dan menguntungkan negara maju dengan sejumlah syarat yang harus dipenuhi. Jika memang negara sudah tidak mampu mendengar suara-suara kritis itu maka tidak ada jalan lain, revolusi adalah solusi yang paling radikal untuk perubahan selanjutnya.


DAFTAR PUSTAKA :
            Wikipedia.id
            Artikel Impor Pangan Indonesia, Buah Penerapan Paradigma Liberalisme”.
                Kompas.com

                Vivanews.com

0 komentar:

Posting Komentar